Kamis, 09 Januari 2014

Strategi Kampanye Politik di Indonesia

Strategi Kampanye di Indonesia

Yugih Setyanto, S.Sos, M.Si

Kampanye politik merupakan suatu hal yang ramai diperbincangkan belakangan ini. Cara kampanye yang lebih bebas dan beragam membuatnya memiliki kemenarikan sendiri untuk ditelusuri. Namun akan lebih baik bila kampanye politik masih berlandaskan pada budaya, yaitu budaya Indonesia. Terutama sekarang ini Indonesia lebih bebas untuk bersuara.


Di Indonesia terdapat 34 propinsi, 497 kabupaten dan kotamadya dan 531 pimpinan daerah. Dengan banyaknya propinsi, kabupaten dan kotamadya serta pimpinan daerah ini berarti dapat terjadi pilkada (pemilihan kepala daerah) setiap hari.

Banyaknya pilkada membuat para kandidat harus memikirkan cara untuk berkampanye agar bisa terlihat berbeda dan mendapatkan perhatian masyarakat. Salah satunya adalah kampanye Fauzi Bowo dan Joko Widodo saat kampanye untuk pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Perbedaan keduanya adalah cara berkomunikasi yang mereka gunakan.

Joko Widodo menggunakan cara komunikasi dengan mendengarkan. Ia mendatangi masyarakat Jakarta dan menanyakan apa yang mereka inginkan kedepannya. Joko Widodo pun mau menampung semua keluhan yang disampaikan oleh masyarakat dan menanggapinya dengan baik. Tim kampanye Joko Widodo berhasil menciptakan image yang baik. Selain cara berkomunikasi, Joko Widodo juga menggunakan pakaian yang berbeda dari yang lain. Seragam kotak-kotak yang ia pakai mampu menarik perhatian masyarakat.

Sedangkan cara komunikasi yang digunakan oleh Fauzi Bowo berbeda. Dengan latar belakang pendidikan di bidang teknik, Fauzi Bowo memikirkan semua hal dari segi teknis dimana semua yang akan dikerjakan harus dipikirkan secara sempurna. Dalam menanggapi keluhan masyarakat, Fauzi Bowo suka menanggapinya dengan dingin dan terkadang marah-marah. Sikap ini yang salah dalam cara kampanyenya.


Ciri-ciri kampanye baru :
  • Pencitraan
  • Debat public
        ↓
  • Ekspose kesuksesan kandidat/diri sendiri
  • Mengkounter pihak lawan

“Hebat” versus “Tidak Mampu”
           “Ke-Indonesia-an”
  • Makin berisi makin merunduk
  • Menyelamatkan muka
  • Orang Indonesia suka symbol
Kampanye berorientasi pada kandidat :
  1. Berusaha meraih dukungan sebanyak-banyaknya melalui kampanye politik
  2. Citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan berprestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat atau public relations

Budaya Kolektif ada 2, yaitu :
  • Paguyuban
    • Berada di tengah - tengah masyarakat
    • Musyawarah
    • Kepedulian/dukungan sosial
  • vs Rekam Jejak
    • bernilai tetapi tidak menentukan
    • track record di dalam pencitraan merupakan bagian dari manajemen reputasi yang bernilai penting tapi berorientasi individualistic
    • pencitraan yang tidak mengutamakan keberhasilan perorangan

Kesimpulan :

 Citra itu bukan dilihat dari seberapa menariknya figur seorang tokoh, tapi citra itu based on kinerja"
Beliaupun berpendapat bahwa figur / tokoh pemimpin yang baik dan harusnya dipilih oleh masyarakat Indonesia adalah figur / tokoh yang 'cerdas'. Kembali beliau menjelaskan, "kecerdasan bukan hal yang diukur dari perolehan nilai IP yang tinggi ataupun banyaknya prestasi yang didapat; tapi komunikasi & perilaku yang baik!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar